|
Pemandangan Landscape Kampung Kanikeh Terlihat Punggungan Gunung Binaiya |
Desa Kenikeh terletak di Pulau Seram yang berada di bawah kaki gunung Binaiya, desa ini merupakan desa terakhir setelah melewati dua desa yaitu Huaulu dan Roho yang merupakan tempat persinggahan jika ingin mendaki ke gunung binaiya. Dapat dilihat jelas punggungan gunung bianaiya yang sedikit tertutupi oleh kabut. suasana desa sangat sejuk cuaca yang dingin tentunya, dan tak kalah menariknya pemandangannya yang memanjakan mata dengan di dukung struktur topografi yang ditumbuhi rumput hias beserta dan di desa ini dialiri sungai yang jerni, tentu saja airnya dapat diminum langsung. Bentuk rumah warga kanikeh sangatlah sederhana, beralaskan tanah bedinding papan dan beratapkan daun rumbiah pastinya terdapat beragam nilai di dalamnya. Warga kanikeh sangatlah ramah apalagi dengan pendatang seperti kami.
|
Upacara Adat Sebelum Mendaki |
Nah sebelum mendaki ada beberapa rangkaian adat yang dilakukan salah satunya upaca adat. Upacara ini wajib dilakukan, menurut kepercayaan mereka jika melakukan upacara adat maka roh-roh nenek moyang mereka akan menjaga kita ketika mendaki hingga turun kembali ke desa. Masyarakat kenikeh sangat menjaga warisan leluhur mereka sehingga kearifal lokalnya masih terjagaa. Pada umumnya masyarakat kanikeh telah memeluk agama Kristen protestan namun mereka masih tetap mempercayai melakukan ritual-ritual keagamaan nenek moyang mereka. Misalanya pada akhir tahun dimana upacara adat ini sangat meriah dan mengundang tamu dari luar, tentunya upacara adat yang dilakukan telah melebur dengan agama yang mereka anut saat ini, tapi tetap kemurniannya masi terjaga.
Mata pencaharian masyarakat kanikeh yaitu berburu, bercocok tanam dan bertani. Hewan yang diburu adalah rusa, ketika mendaki gunung binaiya akan banyak kita jumpai kotoran rusa, sepanjang pengunungan binaiya merupaka daerah berburuh warga kanikeh, tidak lah sulit karena menurut data persebaran rusa cukup banyak di Pulau seram ini khususnya di pengunungan binaiya. Metode yang mereka gunakan dalam berburu yaitu dengan menggunakan perangkap dan tombak. Tidak mengherankan lagi saat mendaki banyak dijumpai perangkap-perangkap yang dipasang sehingga kita harus berhati-hati agar tidak terkena perangkap tersebut karena biasaya perangkapnya dipasang pada jalur pendakian. Buruan yang didapat akan dibagi rata dengan pemburu lainnya sehingga dalam membawanya ke desa menjadi enteng. Dari hasil buruan ini mereka membuat dende yang kemudian mereka bawa ke pantai untuk dijual. Dalam proses pembuatan dende ini hampir sama dengan pembuatan ikan asing, daging yang dikeringkan kemudian di beri garam. Hasil buruan inilah yang menjadi penghasilan utama masyarakat kenikeh ini. Dalam bercocok tanam hasilnya hanya untuk kebutuhan pagan sehari-hari, umumnya mereka menanam ubi kayu, patatas (ubi jalar), sagu dll. Dalam hal bertani sebagian masyarakat turun ke gunung dan bertani namun jaraknya sangat jauh dari desa, sehingga hanya sebagian kecil yang menjadi petani.
Di desa kanikeh telah berdiri bagunan sekolah dasar yang telah ada sejak tahun 1961 menurut Estepanus Hilimau yang merupakan kepalah Sekolah di desa ini. YPPK Kenikeh adalah nama sekolah di desa ini, jumlah guru yang mengajar berjumlah empat orang saja dengan jumlah murid yang sangat sedikit, tahun 2011 ini saja hanya empat orang murid saja yang akan mengikuti Ujian Nasional nantinya, menurut Andi Masauna salah seorang guru yang mengajar di SD YPPK Kenikeh. Bentuk bagunan sekolah yang sederhana dengan fasilitas yang sangat minim sekali, untuk keperluan mengajar saja misalanya membeli kapur atau buku, para guru harus turun ke pantai dengan menempuh jarak berpuluh-puluh kilometer dengan berjalan kaki, namun hal tersebut bukan menjadi halangan bagi para guru untuk tetap mengajar begitupun sebaliknya para murid tetap antusias untuk tetap mendapatkan pendidikan. Setelah tamat dari sekolah ini ada sebagian kecil saja yang melanjutkan pendidikannya di kota tapi sebagian besarnya menetap dan bekerja mengikuti orang tua mereka masing-masing. Tidak bisa dipungkiri bahwa semangat untuk belajar yang dimiliki oleh warga desa ini utamanya generasi muda sangatlah besar namun mereka memiliki keterbatasan karena bantuan dari pemerintah setempat yang hampir tidak ada. Mungkin karena daerah pedalaman yang memiliki jarak yang jauh serta medan yang sulit untuk dilalui sehingga desa ini seakan-akan diabaikan oleh pemerintah, tapi hal ini bukan menjadi alasan karena setiap warga Negara Indonesia berhak mendapatkan pendidikan yang layak dimanapun mereka berada. Sangat disayangkan jika pemerintah setempat tidak memberikan sumbangsi yang besar terhadap desa ini, karena sekolah ini memiliki murid-murid dengan potensi yang bagus.
|
Foto siswa dan guru SD YPPK Kanikeh |
Untuk menuju ke desa kenikeh memang agak sulit karena jalur yang dilewati memiliki medan yang sangat melelahkan, bukan hanya jarak yang sangat jauh melainkan juga harus melalui banyak medan berlumpur dan harus ada sungai yang harus disusuri belum lagi sungai besar yang akan disebrangi. Pendakian ataupun tanjakan yang lumayan menguras energi, merupakan medan yang akan sering juga dijumpai, sehingga banyak memerlukan waktu untuk beristrihat. Waktu yang dibutuhkan untuk menuju desa Kenikeh dari halte Huaulu yang merupakan jalur transportasi terakhir membutuhkan dua hari perjalanan, memang sangat wajar jika memerlukan waktu dua hari melihat medan yang begitu sulitnya untuk dilalui. Menurut kepala adat desa Kenikeh mereka tidak mengharapkan bantuan uang ataupun bantuan logistik dari pemerintah tapi yang mereka harapakan adalah akses transportasi dalam hal ini pembuatan jalan sehingga memudahkan mereka jika ingin ke kota untuk membeli keperluan yang mereka butuhkan dan tidak lagi harus berjalan kaki dengan jarak yang sangat jauh.
Artikel terkait :
0 comments "Kanikeh desa kaki Gunung Binaiya", Baca atau Masukkan Komentar
Post a Comment